Sekelompok tim SWAT tiba di sebuah blok apartemen yang tidak terurus dengan misi menangkap pemiliknya seorang raja bandar narkotik bernama TAMA. Blok ini tidak pernah digerebek atau pun tersentuh oleh Polisi sebelumnya. Sebagai tempat yang tidak dijangkau oleh pihak berwajib, gedung tersebut menjadi tempat berlindung para pembunuh,anggota geng, pemerkosa, dan pencuri yang mencari tempat
tinggal aman.
Mulai bertindak di pagi buta, kelompok SWAT diam-diam merambah ke dalam gedung dan mengendalikan setiap lantai yang mereka naiki dengan mantap. Tetapi ketika mereka terlihat oleh pengintai TAMA, penyerangan mereka
terbongkar. Dari penthouse suite-nya, TAMA menginstruksikan untuk
mengunci gedung apartemen dengan memadamkan lampu dan menutup semua
jalan keluar.
Terjebak di lantai 6 tanpa komunikasi dan diserang oleh penghuni apartemen yang diperintahkan oleh TAMA, tim SWAT harus berjuang melewati setiap lantai dan setiap ruangan untuk menyelesaikan misi mereka dan bertahan hidup.
Seksi Perfilmana Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Medan menyelenggarakan " FESTIVAL FILM BUDAYA NASIONAL " festival ini
di selenggarakan untuk Menggairahkan Film Medan, Menopang Pariwisata
dan Meningkatkan Pariwisata melalui Film serta memeriahkan Hari Film
Nasional yang jatuh tiap Tgl 30 Maret setiap Tahunnya, pendaftaran
Peserta Festival Film Budaya Nasional ini telah dapat di lakukan dari
tgl 20 Pebruari 2012 hingga 28 Maret 2012 pada Drs.Paulus Silalahi No HP
081370997777 Seksi PerFilman Dinas Pariwisata dan Kebuadayan Medan di
Jln. Jl. Prof. HM Yamin SH No. 40-42 Medan, serta H.Amsyal HP
0811619558 PT.Widy Production Jln.Halat No 137 Medan dengan email
h.amsyal@widyproduction.com Adapun Thema dari Festival Film ini bebas "
Kretaria Film yang di perlombakan terdiri dari Film Fiksi ( Cerita ) dan
Film Dekumenter, semua film yang di perlombakan berdurasi 15 - 30 menit
di buat antara Tahun 2010 s/d 2012 setiap pemenang akan di berikan
Hadiah Uang Tunai, Tropi, Piagam, Para Juri terdiri dari Pakar Film /
Sutradara Nasional,Pengamat dan penulis Film,TVRI.
Acara Penganugrahan Pemenang dan pemberian Hadiah serta Peringatan Hari
Film Nasional dan Pemutaran Film akan di lakukan di Hotel Garuda Plaza
Medan pada Tgl 30 Maret 2012 acara ini akan di buka langsung oleh Wali
Kota Medan.
Pijar, Medan. Akhir-akhir ini di jejaring sosial,
forum-forum internet dan media massa, sedang hangat-hangatnya
membicarakan sebuah video yg dibuat oleh Jason Russel, dari invisible children yang
berjudul KONY 2012. Video tersebut berisikan tentang cerita kehidupan
seorang anak yang bernama Jacob yang hidup dengan ketakutan setelah
kakaknya dibunuh oleh para tentara Lords Resistance Army’s dibawah kepemimpinan jenderal Joseph Kony.
Joseph Kony merupakan salah satu buronan utama berasal dari Uganda
dan termasuk dari sepuluh orang yang paling dicari oleh FBI dan
International Criminal Court Investigations. Joseph Kony selama 26 tahun
telah menculik 30.000 anak dari orangtua mereka atau Joseph membujuk
orangtua tersebut agar anaknya diasuh olehnya. Namun sebagian besar
anak-anak kecil tersebut di jadikan tentara perang pemberontakan LRA dan
wanita-wanita penghibur. Mereka yang belum tertangkap LRA di Uganda,
harus hidup berpindah-pindah, karena jika tertangkap mereka akan
dibunuh. Mereka hidup dalam ketakutan..
Melalui video dokumenter ini Invisible Children ingin menggalang
dukungan kepada para masyarakat di belahan dunia maupun, agar dukungan
para masyarakat berguna untuk menangkap Joseph Kony jenderal LRA. Selain
itu, Invisible Children melalui kampanye ke kampus-kampus di daerah
bagian di USA, memberikan seminar-seminar dan diskusi tentang kekerasan
kemanusiaan yang terjadi di Uganda. Selain itu, dengan menggunakan
jejaring sosial yang dekat dengan kehidupan anak muda, invisible
children terus mendapat dukungan dari Twitter,Facebook, atau Youtube.
Menurut salah satu anak muda pendukung gerakan Invisible Children yang
bernama Dila, “Kita tidak perlu untuk menunggu campur tangan pemerintah,
kita bisa melakukannya sendiri. Selain itu kami para generasi muda
merupakan pengguna internet terbesar adalah sasaran yang paling tepat
untuk menjalankan kampanye kemanusiaan ini, kita harus buat Joseph Kony
terkenal dan kami para anak muda akan menangkap Joseph Kony” tukas salah
satu siswa SMA swasta di Medan tersebut.
Namun sejalan dengan makin menyebarnya gerakan pro Anti-Kony yang
dilakukan para tokoh, artis dan anak muda, ada beberapa pihak yang
berseberangan dengan kegiatan kampanye yang digagas oleh Invisible
Children ini. Salah satunya adalah Grant Oyston yang kontra dengan
gerakan kampanye ini. Grant mempertanyakan transparansi dan
akuntabilitas dana yang di berikan oleh para pendukung kepada grup
“TRI”. Selain itu Jack Mcdonald, peneliti pertahanan dari King College
berpendapat bahwa kampanye ini dapat berdampak buruk pada rakyat Uganda.
“”Ini sungguh tak bermoral mencoba dan menjual visi intervensi asing
yang mengabaikan fakta bahwa rakyat bisa terbunuh sebagai
konsekuensinya. Ini berlaku untuk politisi sekaligus Jason Russle
(sutradara)”.
Menurut saya visi dan misi gerakan yang dibentuk oleh Jason Russel dari Invisible Children sangat
mulia. Karena tujuan mereka hanya untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat dunia untuk menangkap Joseph Kony, pemimpin dari LRA. untuk
menyelamatkan hidup 30 ribu anak kecil di Uganda. Namun setidaknya harus
ada beberapa aspek yang diperhatikan oleh Invisible Children agar tidak ada hal buruk yang dilakukan Joseph Kony saat dilakukannya kampanye kemanusiaan ini. (yudha)
Pengacara muda bernama Arthur Kipps (Daniel Radclife) terancam dipecat
dari kantornya jika tidak berhasil mengurus dokumen rumah kosong Eel
Marsh di sebuah desa terpencil. Sejak sang istri wafat paska melahirkan
putranya yang bernama Joseph Kipps (Misha Handley), Arthur bertekad
untuk tidak ingin kehilangan pekerjaannya demi merawat sang buah hati.
Setibanya
disana, tugas yang dia perkirakan akan berjalan dengan sederhana
berubah menjadi rumit, setelah Arthur merasa warga setempat merahasiakan
sesuatu tentang rumah Eel Marsh yang lokasinya dekat dengan pantai.
Ketika
Arthur mulai mengumpulkan bermacam dokumen penting di rumah itu,
gangguan-gangguan mistis mulai menerpanya. Mulai dari suara-suara aneh,
hingga penampakan wanita misterius yang selalu menggunakan busana serba
hitam. Melihat kegiatan yang dilakukan Arthur, warga setempat semakin
memusuhinya karena mistos yang beredar disana, penampakan wanita
berjubah hitam menandaka adanya nyawa anak kecil yang akan direnggutnya.
Sutradara film The Women in Black
yaitu James Watkins, dinilai sangat apik dalam mengemas cerita yang
berlatar belakang tahun 1960-an. Mulai dari desain rumah, pakaian,
hingga alat transportasi yang digunakan, kesemuanya identik bernuansa di
tahun tersebut.
Daniel Radcliffe selaku bintang utama film ini
juga terlihat sangat jauh berbeda dari imej Harry Potter yang selama ini
melekat di dalam dirinya. Aktor kelahiran 23 Juni 1989 tersebut
terlihat sangat dewasa dengan karakter seorang ayah yang sudah memiliki
satu anak. Ekspresi yang dikeluarkan Daniel di film tersebut juga
terlihat sangat natural dan mumpuni. Dengan kata lain, Daniel berhasil
membunuh imej Harry lewat film ini.
Film yang masuk dalam
kategori horor thriller ini, tentunya penuh dengan kejutan-kejutan yang
menakutkan. Mulai dari penampakan sosok hantu, hingga berbagai kejadian
aneh yang terjadi di rumah Eel Marsh. Ketakutan yang terdapat di film
ini bukan hanya terjadi dari penampakan hantu saja, hal-hal yang
dianggap sepele pun bisa dimanfaatkan oleh sutradara James Watkins untuk
menimbulkan rasa takut. Contohnya adalah kemunculan binatang secara
mendadak, suara burung, dan pertemuan dengan seseorang.
Secara keseluruhan, The Women in Black
dinilai bisa menjadi rekomendasi yang tepat bagi para pecinta film
horor yang haus akan unsur ketegangan. Selain memiliki cerita yang
bagus, kualitas gambar dari film ini dinilai juga menambah kesan horor
dengan dominasi warna kelabu yang cenderung agak gelap.
Akhir tahun 2006, berdirilah sebuah komunitas film dikampus FISIP USU.
Komunitas film ini bernama MAGACiNE singkatan dari mahasiswa gandrung
cinema. Magacine merupakan satu-satunya komunitas film di USU dan yang
pertama bahkan sejak dept. ilmu komunikasi dibuka pada tahun 1980.
Magacine
dibentuk dan didirikan oleh 3 orang mahasiswa baru dept. ilmu komunikasi
waktu itu. Mereka adalah Ade Ardianta, Ryan A. Juskal dan Hadlinsyah
pratama. Nama Magacine sendiri merupakan hasil usulan dari salah satu
orang tua dari anggota awal magacine yaitu saudara M. Gizhan Tamimi.
Dikarenakan nama sebelumnya yaitu IMAGIF (ikatan mahasiswa gila film)
dianggap kurang menarik oleh IMAJINASI (ikatan mahasiswa jurusan ilmu
komunikasi) tempat magacine bernaung.
Film
magacine pertama yg berjudul "Ucok in Medan" di putar pada bulan Oktober
tahun 2006. Ucok in Medan pertama kali diputar pada acara Temu Ramah
Balasan yg diselenggarakan oleh mahasiswa baru (stambuk '06 waktu itu)
untuk menyambut para senioren. Film ini segera menuai pujian dari para
penonton yang sebagian besar unsur senioren. dan nama Magacine pun
segera bergaung.
Segera setelah itu terbitlah S.K MAGACiNE tepatnya pada tanggal 11 November 2006.
Total hingga saat ini magacine telah memproduksi 5 film, antara lain:
1. Ucok in Medan
2. Mengapa harus "D"
3. Medan dulu Medan sekarang (Film Dokumenter)
4. Ada titik awal tiada titik akhir
5. Sekolah Seberang (Film Dokumenter)
Dalam keseharian nya MAGACiNE dikawal oleh beberapa bidang:
Bidang
perkaderan ( bidang ini mengawal proses perekrutan anggota baru sampai
transfer ilmu antara senior kepada junior tetap berjalan )
Bidang
Kekaryaan ( bidang ini mengawal proses produksi magacine selain film
seperti baju, pin, stiker untuk pemberdayaan anggota dan hasilnya
kembali untuk anggota magacine sendiri )
Bidang Inventaris dan peralatan ( bidang ini mengawal proses inventarisasi dan pengadaan alat-alat Magacine )
Bidang Infokom ( bidang ini mengawal proses informasi & komunikasi baik kedalam maupun keluar Magacine )
Bidang Diklat ( bidang ini mengawal proses pendidikan & pelatihan seluruh keluarga besar Magacine )
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema
itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga
sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di
dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap
(tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak
dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus
menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.
Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai
perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita
ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film,
silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan
menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan
tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).
Genre Film
Genre film adalah bentuk, kategori atau klasifikasi tertentu
dari beberapa film yang memiliki kesamaan bentuk, latar, tema, suasana
dan lainnya.